Apartemen Cikarang Lebih Menguntungkan
Komposisi pembeli bermotif investasi masih lebih besar
ketimbang pembeli pengguna akhir (end user). Hal ini terutama terjadi di
kawasan-kawasan pinggiran Jakarta, seperti Cikarang.
Pasalnya, berinvestasi Apartemen saat ini lebih
menguntungkan, karena tingkat kebutuhan sangat tinggi. Banyak karyawan
ekspatriat dan juga komuter yang tinggal di Jakarta namun bekerja di
kawasan-kawasan pinggiran yang membutuhkan hunian sementara.
Dengan harga yang kompetitif, apartemen menjadi pilihan
utama ketimbang rumah tapak yang harganya sudah mencapai miliaran rupiah.
Direktur PT Graha Puji Propertindo, Toto Sasetyo Dwi Budi
Listyanto, mengatakan hal tersebut kepada Kompas.com, Sabtu (21/6/2014).
Menurutnya, apartemen bisa dimiliki sekaligus menjadi aset Investasi. Terlebih di area Cikarang yang sarat dengan kawasan industri.
Perusahaan-perusahaan yang menempati kawasan-kawasan industri ini mempekerjakan
ribuan karyawan. Merekalah pangsa pasar potensial yang akan mendorong aktivitas
pasar sewa.
"Di pasar sewa Cikarang saat ini, aktivitas transaksi
sudah menembus level Rp 2 juta hingga Rp 2,5 juta per unit untuk ukuran
apartemen tipe studio. Tipe ini sangat diminati penyewa lokal, sedangkan
apartemen dua kamar tidur diminati penyewa ekspatriat," kata Toto.
Hal senada dikemukakan Direktur PT Lippo Cikarang Tbk., Ju
Kian Salim, ekspatriat adalah stimulan pasar paling besar yang mendorong
pertumbuhan pembangunan apartemen di Cikarang. Selain pasar domestik.
"Tingginya potensi pasar dan investasi apartemen di
Cikarang, juga ditandai dengan tingkat penjualan Trivium Terrace," tambah
Salim.
Apartemen senilai Rp 1 triliun ini terbagi dalam tiga menara masing-masing
North Tower, South Tower, dan The Suite. Dari total sebanyak 368 unit North
Tower, 90 persen terserap pasar. Sementara North Tower sudah dibeli sebanyak 80
persen dari total 422 unit, dan 40 persen dari 362 unit The Suite sudah
terjual.
Pertumbuhan juga terjadi pada harga jual. Saat perdana
dilansir kepada publik tahun 2012 lalu, harganya dipatok Rp 350 juta per unit
untuk tipe 33 meter persegi. Sekarang, harga sudah berada pada posisi Rp 450
juta per unit untuk tipe serupa.
Sementara pertumbuhan harga Green Palace Residence yang
digarap PT Graha Puji Propertindo sudah mengalami pertumbuhan harga sebesar
29,4 persen. Sebelumnya, harga perdana dipatok pada angka Rp 190 juta, setahun
kemudian menjadi Rp 246 juta per unit.
Bukan hal ganjil bila kemudian investor merajai pasokan
apartemen di kawasan Cikarang. Menurut Toto, 70 persen pembeli apartemennya
merupakan investor. Bahkan ada seorang investor yang membeli 100 unit untuk
kemudian dijual dan disewakan kembali. Sedangkan investor lainnya membeli dalam
jumlah tak kurang banyak, sekitar tigapuluhan unit.
Demikian halnya yang terjadi pada apartemen Trivium Terrace.
Menurut Presiden Direktur PT Lippo Cikarang Tbk., Meow Chong Loh, separuh
pembeli apartemennya merupakan investor.
"Mereka kemudian berencana menjual dan menyewakan
kembali kepada ekspatriat asal Jepang, Korea, Taiwan dan Tiongkok,"
ujarnya.
Dengan prospek pertumbuhan harga demikian tinggi, serta
potensi pasar dengan ceruk besar yang berasal dari setidaknya empat kawasan
industri besar, maka mudah dimafhumi jika apartemen-apartemen ini menggoda
investor.
Jika dalam satu kawasan industri saja terdapat 700
perusahaan, dan masing-masing mempekerjakan 1.000 karyawan, maka potensi pasar
yang terbentuk akan sebanyak 700.000 orang. Sementara di Cikarang, setidaknya
terdapat empat kawasan industri besar yakni Jababeka, East Jakarta Industrial
Park, dan Greenland International Industrial Park, dan Delta Silicon Industrial
Park.